Apa yang terbayang dalam benak Anda saat menyebut kata bisnis? Mungkin Anda akan menjawab sebuah aktivitas usaha yang menjual produk atau layanan jasa dalam rangka meraih keuntungan. Bisnis selalu identik dengan menjual produk atau layanan. Memang benar. Tetapi pertanyaan selanjutnya, buat produk dan langsung launching atau buat basis konsumen dulu? Apakah jawaban Anda? Sebagian besar pebisnis atau termasuk Anda mungkin akan menjawab buat produk dulu. Ya, bukan pendapat yang salah.
Pada dasarnya, saat ini ada dua model bisnis yang berlaku di semua jenis industri. Pertama, model tradisional alias konvensional atau lama yang melibatkan pembuatan produk dulu, baru menemukan konsumen untuk membeli produk tersebut.
Sedangkan model bisnis kedua adalah menemukan konsumen atau membangun audiens dahulu, baru membangun produk yang sudah pasti akan mereka beli. Model bisnis ini biasa disebut audience first. Audience first memang belum sepopuler model bisnis pertama.
Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita kupas satu per satu yuk.
Dengan model bisnis pertama, pebisnis berkemungkinan untuk membukukan pendapatan lebih cepat. Namun tidak demikian, bila Anda membuat kualitas produk yang buruk dan membuat produk yang tidak diminati oleh orang.
Disisi lain, pendekatan yang dilakukan juga cenderung konvensional sekaligus boros alias berbiaya mahal seperti membuat press release ke media, pasang iklan di koran, majalah atau televisi serta membuat event aktivasi untuk menarik jurnalis serta konsumen.
Contoh model bisnis ini adalah saat peluncuran ponsel pintar Vivo V7+ yang menggaet beberapa selebritas Indonesia dan ditayangkan secara live di sembilan televisi swasta saat prime time. Bayangkan saja berapa ratus juta atau bahkan miliar rupiah yang harus digelontorkan saat launch produk tersebut. Belum lagi iklan di media cetak yang harganya juga tidak murah. Untungnya, strategi jor-joran yang dilakukan ini berhasil menempatkan Vivo di peringkat empat dalam smartphone terlaris di Indonesia tahun 2017 versi lembaga riset IDC (International Data Center).
Sementara model bisnis kedua, pebisnis harus membangun audiens dulu yang akan menjadi pembeli potensial nantinya. Bagaimana caranya mendatangkan audiens dulu sementara produknya belum ada? Nah, cara yang tepat untuk menjalankan model bisnis kedua ini adalah dengan konten marketing.
Baca juga Mengenal Konten Marketing
Begini alurnya, Anda membangun jumlah pembaca (readership) di ceruk tertentu lalu temukan masalah terbesarnya melalui strategi konten marketing yang Anda buat. Dengan cara ini, Anda bisa sekaligus melakukan riset pasar untuk menemukan minat, target demografi serta data lain yang Anda butuhkan.
Manfaatkan tools analitik yang ada seperti Google Analytics atau survey via email marketing, dan sebagainya untuk mendapatkan insight dari audiens tersebut. Dengan demikian, Anda bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh audiens tersebut dengan menciptakan produk sebagai solusi, yang berkemungkinan untuk menghasilkan tingkat konversi yang luar biasa. Jangan lupa, memaksimalkan keberadaan media sosial untuk melengkapi strategi konten marketing Anda.
Walaupun cenderung terjangkau, tapi kekurangannya, model bisnis ini bisa memakan waktu yang relatif lama atau butuh beberapa bulan untuk meraih pendapatan yang naik secara signifikan. Namun, kelebihannya justru resiko gagal akan lebih sedikit, mengapa? Karena sudah jelas produk tersebut diminati oleh pasar, dan kamu sudah punya massa yang setia.
Contoh model bisnis ini adalah By Lizzie Parra (BLP). BLP adalah salah satu brand kosmetik lokal yang didirikan oleh Elizabeth Christina atau akrab disapa Lizzie Parra. Sebelum meluncurkan produk kecantikan BLP ini, Lizzie dikenal sebagai pionir beauty blogger serta make up artist ternama di Indonesia. Lizzie menjalani profesi make up artist sejak 2011 dan membangun jejaring serta portofolio dengan menjadi beauty blogger.
Tak hanya portofolio saja, ia juga kerap berbagi informasi dan tips seputar make-up, mulai dari review produk kecantikan hingga tutorial make up. Gayung bersambut, ternyata blog miliknya menginspirasi banyak wanita. Ia pun dikenal komunikatif dengan menjawab berbagai pertanyaan seputar kecantikan dari followers atau pengikutnya. Tak hanya di blog saja, Lizzie pun dikenal aktif di media sosial khususnya Instagram dan Youtube. Ia memiliki 142 ribu pengikut di Instagram dan 84 ribu subscribers di channel Youtube miliknya.
Makanya tidak heran, saat ia meluncurkan produk kecantikan miliknya – Beauty by Lizzie Parra pada Juni 2016 silam disambut dengan penuh antusiasme oleh kaum wanita terutama para pengikut atau fans setianya. Sejak peluncurannya, 1.380 batang lipstik habis terjual hanya dalam tiga hari saja. Selain itu, dalam tiga bulan ia sudah balik modal! Pencapaian yang fantastis untuk sebuah produk kosmetik baru.
Keberhasilan ini tak lepas dari strategi Lizzie dalam membangun audiens dengan membuat strategi konten marketing yang kuat serta memaksimalkan keberadaan social media jauh sebelum ia meluncurkan bisnisnya.
Lihat penjelasan Jasa Social Media yang mungkin Anda butuhkan
Kesuksesan Lizzie Parra hanyalah salah satu contoh keberhasilan menerapkan model bisnis kedua.
Tapi sebenarnya, mana yang lebih baik? Kedua model ini sukses diterapkan pada bisnis. Anda sebagai pebisnis yang paling tahu mana yang terbaik bagi bisnis Anda berdasarkan pilihan, skills dan modal investasi.
Bila Anda pebisnis pemula yang kemudian galau memilih antara kedua model bisnis ini, tak ada salahnya bagi Anda untuk tahu lebih dalam tentang model membangun audiens dulu bagi bisnis.
Ada empat alasan mengapa Anda sebaiknya menerapkan pendekatan membangun audiens terlebih dahulu dibandingkan produk.
- Membangun audiens sebelum membangun produk sangat membantu dalam riset pasar yang luas. Pasalnya, Anda dapat belajar langsung dari audiens target Anda.
- Pengadopsi awal (early adopter) dapat memberi Anda umpan balik yang lebih baik, yang memungkinkan Anda untuk membuat produk yang jauh lebih baik.
- Anda juga diuntungkan karena pendekatan ini berpotensi dalam membantu Anda menemukan peluang baru.
- Pendekatan ini membantu Anda dalam membangun merek atau brand Anda, bahkan jauh sebelum Anda meluncurkan produk. Selain itu, secara otomatis Anda akan memiliki aset berharga yaitu pengikut atau fans yang siap membantu Anda menjadi otoritas dalam beberapa waktu mendatang.
Jadi, apakah Anda sudah memutuskan model yang mana yang tepat untuk bisnis Anda? Tak perlu bingung, sesuaikan saja dengan budget, skills dan preference bisnis Anda.
Jika Anda memutuskan menggunakan model audience first tapi bingung memulai dari mana? Anda dapat berinvestasi dengan mengambil jasa digital marketing agency. ChubbyRawit – digital marketing agency di Jakarta bisa menjadi solusi Anda dalam merencanakan, mengelola serta melakukan evaluasi strategi pemasaran digital Anda sesuai dengan tujuan bisnis Anda. Tinggalkan kontak Anda dengan mengisi formulir dibawah ini, dan konsultan kami akan menghubungi Anda untuk berdiskusi lebih lanjut.