Sebagai pemilik bisnis, mungkin Anda tidak heran lagi kala mendengar kata rebranding. Atau justru sedang terpikirkan untuk melakukan rebranding pada bisnis Anda? Tapi, apakah Anda yakin bahwa rebranding yang Anda butuhkan? Pasalnya, rebranding memang salah satu strategi marketing yang sangat populer namun untuk dapat memutuskan bahwa bisnis membutuhkan rebranding atau tidak juga bukanlah hal yang mudah.
Ada baiknya, simak tujuh cara untuk mengetahui kapan harus rebranding berikut ini.
Table of Contents
#1 Tidak Lagi Mencerminkan Visi Brand
Tak jarang, brand ternama yang melakukan rebranding dengan alasan diatas. Seperti halnya Firefox yang melakukan rebranding dengan melakukan penggantian logo serta serangkaian ikon. Rebranding ini dilakukan juga sebagai respons atas perubahan visi perusahaan. Hal ini wajar karena bisa jadi visi brand dengan nama yang hebat 15 tahun yang lalu, tapi sekarang tidak lagi relevan.
#2 Gagal Membedakan Diri dari Kompetitor
Diakui atau tidak, branding adalah tentang diferensiasi kompetitif. Jika Anda mulai merasa brand Anda hilang orientasi, maka melakukan reposisi dan memanfaatkan proposisi nilai yang unik agar brand Anda lebih terlihat oleh konsumen yang mencari solusi unik.
Lihat bagaimana UPS, perusahaan pengiriman paket dan penyedia layanan transportasi khusus serta logistik global yang mati-matian mencari cara untuk mengalahkan pesaingnya – FedEx di akhir tahun 90-an. Saat itu, FedEx telah memperkenalkan pengiriman semalam dan kemampuan untuk melacak paket dengan komputer. Solusi yang dilakukan oleh UPS adalah dengan mengingatkan pelanggan tentang cara UPS dapat memenuhi kebutuhan mereka.
UPS pun mengubah tagline dari “Moving at the speed of business” menjadi “What can brown do for you?” Hal ini juga diikuti dengan komunikasi dalam bentuk iklan yang selaras. Hasilnya, UPS berhasil memenangkan hati pelanggan yang diikuti dengan kenaikan laba perusahaan. Rahasianya adalah dengan menggunakan slogan yang memberi tahu pelanggan bahwa perusahaan Anda terus beradaptasi dan menyediakan cara-cara baru untuk memenuhi tuntutan mereka. Yang terbaru adalah mengganti slogan lama We [Hearts] Logistics menjadi United Problem Solvers yang disingkat UPS.
Atau GOJEK, yang saat ini rebranding untuk merefleksikan perjalanan mereka dari yang awalnya berupa layanan transportasi roda dua, hingga menjadi pengelola super-app Indonesia.
#3 Model atau Strategi Bisnis Telah Berubah
Tak jarang, tujuan strategis saat perusahaan awal didirikan tidaklah sama dengan tujuan lima tahun ke depan. Hal ini bisa saja dilatarbelakangi oleh peluang pasar yang tidak terduga ataupun perubahan teknologi, sehingga model bisnis berubah. Dan ketika bisnis Anda berubah, begitu juga dengan brand Anda. Yang harus selalu diingat adalah rebranding yang Anda lakukan harus selalu mencerminkan nilai-nilai, identitas, dan pasar yang ingin Anda taklukkan.
Contoh nyata dari rebranding karena strategi bisnis yang berubah adalah Haloid. Haloid adalah sebuah perusahaan yang menjual kertas fotografi di tahun 1960an. Namun, perusahaan ini juga mengembangkan mesin fotokopi yang menggunakan teknologi xerografi – Xerox. Ketika perusahaan tumbuh dengan pesat dan mesin Xerox ini menjadi sangat populer, Haloid dengan bijak melakukan rebranding dengan mengubah namanya menjadi Xerox Corporation yang kita kenal hingga saat ini.
#4 Merger atau Akuisisi
Jika sebuah bisnis tidak bisa berkembang sendiri, maka cara lain yang bisa dilakukan adalah bergabung bersama bisnis lain dalam bentuk entitas yang sama sekali baru atau merger. Dalam setiap merger dan akuisisi selalu terdapat peluang untuk melakukan rebranding. Akan ada banyak hal yang harus diperhatikan saat melakukan rebranding saat merger atau akuisisi ini. Bukan hal mudah, tapi bukan tidak mungkin proses rebranding ini akan mendulang kesuksesan.
Anda mungkin belum lupa kisah sukses brand LG yang merupakan merger antara Lucky Chemical yang awalnya menjual kosmetik dan GoldStar, anak perusahaannya, yang memproduksi barang elektronik konsumen. Berganti nama menjadi Lucky GoldStar pada tahun 1958 yang merupakan singkatan dari Lucky Chemical dan GoldStar.
Di tahun 1995, Lucky GoldStar berganti nama dan disingkat menjadi LG dengan harapan akan lebih baik bergaung dengan konsumen di pasar Barat. Pada saat yang sama, brand baru ini juga meluncurkan logo “smiley face” dan mulai membangun citra brand yang berkomitmen untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dan lebih bahagia bagi konsumen. Dan kini, siapa yang tak kenal LG? Walaupun berbeda jenis industri pada awalnya, namun berkat kegiatan komunikasi yang direncanakan dengan cermat LG berhasil membangun citra brand elektronik premium.
#5 Melepaskan Brand dari Citra Negatif
Reputasi brand yang buruk dapat berdampak negatif pada bisnis dan operasinya secara keseluruhan. Dan rebranding dapat memperbaiki atau menghilangkan semua asosiasi negatif dengan brand dan memulihkan reputasi perusahaan serta membangun kembali reputasi positif.
Anda tentu masih ingat tagline McDonald’s ‘I’m Lovin It’? Tapi bahwasanya tagline ini merupakan upaya rebranding McDonalds karena terbebani oleh citra negatif sebagai restoran cepat saji yang tidak sehat dan penyebab obesitas di Amerika Serikat. Bahkan muncul film dokumenter “Super Size Me” yang mengejek dan mengingatkan masyarakat tentang McDonald’s sebagai penyebab utama obesitas.
Sejak itu, McDonald’s berusaha mengubah citra dirinya menjadi lebih sadar akan kesehatan dengan menyajikan beragam menu salad dan pilihan makanan sehat lainnya, selain menawarkan item menu dengan harga lebih murah. Selain itu, McDonald’s juga turut dalam hype kopi dengan menyediakan menu kopi premium yang lebih mewah dan lebih mahal. Upaya ini membuahkan hasil yang ditandai dengan kenaikan penjualan secara drastis. Pelajaran penting dari rebranding ini adalah selalu perhatikan apa yang dikatakan publik tentang Anda dan tanggapilah dengan menghadirkan produk atau layanan yang menangkal tuduhan itu. Biarlah konsumen atau publik yang berbicara untuk Anda.
#6 Sedang Berjuang untuk Menaikkan Harga
Anda bisa melakukan rebranding dengan tujuan untuk menaikkan harga. Hal ini terjadi bila harga pasar untuk produk atau layanan Anda seperti stagnan atau sulit untuk naik, terlepas dari kenaikan biaya bahan. Karena brand pada akhirnya bermuara pada persepsi pelanggan, nilai penawaran Anda tertanam dalam benak orang-orang yang Anda layani. Dengan rebranding, Anda dapat membentuk kembali cara pelanggan memandang Anda, dan menaikkan harga yang diminta dari layanan Anda.
Contoh kongkritnya adalah Burberry yang berjuang dari image lama sebagai gang wear alias pakaian preman menjadi brand mewah dengan desain yang modern dan klasik. Kepemimpinan baru yaitu hadirnya Christopher Bailey, Direktur Kreatif Burberry di tahun 2001 yang membuat desain produk yang cerdas berhasil membawa Burberry menjadi salah satu label mode terpanas.
Pelajaran yang dapat diambil dari rebranding Burberry ini adalah bahwa brand mengadaptasi gaya saat ini sambil terus merayakan sejarahnya. Bahkan, kata Baily di tahun 2009 ”Burberry adalah tentang warisan, tetapi tentang membuat warisan itu relevan untuk hari ini.” Bailey berhasil membangun kembali cara pelanggan memandang brand Burberry dan imbasnya adalah brand ini pun menjadi salah satu brand mewah atau premium langganan para selebritas internasional.
#7 Mencoba Menarik Generasi Baru
Saat ini bisa disebut sebagai era milenial. Segala macam pola konsumsi, pola belanja hingga pola komunikasi pun berubah. Perubahan ini tentu akan berimbas bagi bisnis atau brand. Terutama brand yang memiliki nama besar dan sudah mapan atau berdiri selama lebih dari sepuluh tahun. Saat audiens atau pelanggan inti Anda bertambah usia, maka brand harus berubah bersama mereka, atau mengubah diri untuk menargetkan generasi berikutnya. Untuk itu, adalah hal yang wajar bagi brand atau bisnis untuk melakukan rebranding dengan tujuan untuk menjangkau para audiens milenial atau bahkan menargetkan hingga generasi berikutnya.
Salah satu contoh adalah MTV. Perusahaan ini memang menyasar generasi muda dengan berbagai konten yang menjadi referensi anak muda tiap zamannya. Sayangnya mereka kini kehilangan popularitas karena kompetitor online seperti Buzzfeed. Akhirnya, MTV memutuskan untuk melakukan rebranding dengan mengubah slogan mereka dari “I want my MTV” menjadi “I am my MTV” sebuah pesan yang berfokus pada keinginan remaja saat ini untuk mengekspresikan diri mereka melalui pembuatan konten yang unik.
Selain slogan, MTV juga membuat desain visual baru yang memanfaatkan minat remaja dalam segala hal yang berbasis digital dan promosi diri. Hal ini didukung dengan hadirnya platform MTV Bump di situsnya dimana pengguna dapat membuat video animasi mini dan memiliki kesempatan untuk ditayangkan di MTV. Tak hanya itu, menyadari bahwa audiensnya kini adalah generasi tech savvy, MTV juga memaksimalkan peran social media dengan konten kreatif dan atraktif.
Pada akhirnya, apa pun yang mendorong Anda untuk melakukan rebranding, yakinilah bahwa Anda membuat keputusan yang tepat.
Selalu ingat bahwa tempat terbaik untuk menggali segala hal tentang brand Anda yang sebenarnya adalah di benak konsumen. Mengapa? Karena brand Anda memberikan pengalaman kepada mereka. Dan pada akhirnya, jika orang tidak percaya produk Anda hebat — baik atau tidak — menyelesaikan masalah mereka atau tidak – atau bahkan mengalami pengalaman yang buruk maka mereka tidak akan pernah lagi membeli atau menggunakan layanan atau produk Anda. Jadi, sudah siap untuk rebranding bisnis Anda?
Baca juga: 7 Langkah Mudah Rebranding